Rabu, 17 Agustus 2011

bertubi-tubi

Pernah baca sebuah tulisan di blog rohis fakultas kampus yang judulnya "Berhenti Menjadi Gelas". Isinya subhanallah, penuh pesan hikmah. Cerita singkatnya begini, ada seorang anak yang mengeluh kepada gurunya karena dia merasa selalu di timpa cobaan terus menerus. Akhirnya sang guru pun menyuruh anak itu untuk mengambil 2 genggam garam dan 1 gelas air. Si anak pun menurutinya, setelah dia membawa apa yang diminta gurunya, sang guru kemudian menyuruhnya untuk menaruh 1 genggam garam ke dalam gelas tersebut. Setelah ditaruh, si anak diminta untuk meminumnya, dan setelah diminum, apa reaksi anak tersebut?? tentu saja kita tahu bagaimana rasanya minum air garam, 1 genggam garam pula, pastilah assssiiiin tiada terkira. Rasa asssiiinn itu tak bisa langsung hilang. Kemudian sang guru mengajaknya ke sebuah danau yang jernih airnya. Sang guru pun segera menyuruh si anak itu untuk menaruh 1 genggam garam lagi ke danau tsb. Sama seperti perintah awal sang guru, si anak pun disuruh untuk menaruh garam ke danau dan kemudian meminum air danau tersebut. Setelah diminum, sang guru bertanya, "apa yang kau rasakan setelah meminumnya?", si anak menjawab "sangat segar guru, bahkan air ini mampu menghilangkan rasa asin yang tadi". Sang guru tersenyum. Yaa makanya BERHENTI JADI GELAS. kenapa?? garam itu diibaratkan seperti masalah, dan wadah (gelas dan danau) adalah hati kita. Maka luaskanlah hati kita, maka masalah tidak akan terlalu mengganggumu.

Cerita singkat itu pun selalu ku ceritakan pada setiap mentoring-mentoring. Dengan semangat 45 aku pun menjelaskan hikmahnya. Namun sekarang aku sedang diuji. Apakah aku sendiri mampu menerapkannya dalam kehidupanku. Bukan sekedar bicara, tapi juga bertindak nyata. Karna bicara itu mudah! Allah juga tidak suka kepada hambaNYa yang hanya bisa menyuruh tapi tidak melaksanakan

Rabb, smoga hati ini bisa seluas danau, yang bisa menyelesaikan smua ujian darimu. Biarkan hamba naik tingkat ya Rabb..amienn