Rabu, 17 Agustus 2011

bertubi-tubi

Pernah baca sebuah tulisan di blog rohis fakultas kampus yang judulnya "Berhenti Menjadi Gelas". Isinya subhanallah, penuh pesan hikmah. Cerita singkatnya begini, ada seorang anak yang mengeluh kepada gurunya karena dia merasa selalu di timpa cobaan terus menerus. Akhirnya sang guru pun menyuruh anak itu untuk mengambil 2 genggam garam dan 1 gelas air. Si anak pun menurutinya, setelah dia membawa apa yang diminta gurunya, sang guru kemudian menyuruhnya untuk menaruh 1 genggam garam ke dalam gelas tersebut. Setelah ditaruh, si anak diminta untuk meminumnya, dan setelah diminum, apa reaksi anak tersebut?? tentu saja kita tahu bagaimana rasanya minum air garam, 1 genggam garam pula, pastilah assssiiiin tiada terkira. Rasa asssiiinn itu tak bisa langsung hilang. Kemudian sang guru mengajaknya ke sebuah danau yang jernih airnya. Sang guru pun segera menyuruh si anak itu untuk menaruh 1 genggam garam lagi ke danau tsb. Sama seperti perintah awal sang guru, si anak pun disuruh untuk menaruh garam ke danau dan kemudian meminum air danau tersebut. Setelah diminum, sang guru bertanya, "apa yang kau rasakan setelah meminumnya?", si anak menjawab "sangat segar guru, bahkan air ini mampu menghilangkan rasa asin yang tadi". Sang guru tersenyum. Yaa makanya BERHENTI JADI GELAS. kenapa?? garam itu diibaratkan seperti masalah, dan wadah (gelas dan danau) adalah hati kita. Maka luaskanlah hati kita, maka masalah tidak akan terlalu mengganggumu.

Cerita singkat itu pun selalu ku ceritakan pada setiap mentoring-mentoring. Dengan semangat 45 aku pun menjelaskan hikmahnya. Namun sekarang aku sedang diuji. Apakah aku sendiri mampu menerapkannya dalam kehidupanku. Bukan sekedar bicara, tapi juga bertindak nyata. Karna bicara itu mudah! Allah juga tidak suka kepada hambaNYa yang hanya bisa menyuruh tapi tidak melaksanakan

Rabb, smoga hati ini bisa seluas danau, yang bisa menyelesaikan smua ujian darimu. Biarkan hamba naik tingkat ya Rabb..amienn

Rabu, 29 Juni 2011

Berjuang dengan IKHLAS

IKHLAS..satu kata yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan.

Sering kita berkata “saya ikhlas kok”, tapi apakah itu sudah menjamin keikhlasan kita?? Bukankah keikhlasan itu tak perlu diumbar-umbar?? Tak ada sesuatu yang pasti yang bisa mengukur keikhlasan seseorang. Karena ikhlas itu hanya ada disini, didalam hati. Yang tahu ikhlas atau tidak adalah hanya Allah saja, dan mungkin diri kita. Ikhlas, segala sesuatu yang dilakukan dengan niat hanya karena Allah semata, mencari ridho-Nya, mencari cinta-Nya.

Teringat kisah seorang sahabat Rasulullah, Syadad bin Al-Hadi mengatakan, seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah saw. lalu beriman dan mengikutinya. Orang itu mengatakan, “Aku akan berhijrah bersamamu.” Maka Rasulullah saw. menitipkan orang itu kepada para sahabatnya. Saat terjadi Perang Khaibar, Rasulullah saw. memperoleh ghanimah (rampasan perang). Lalu beliau membagi-bagikannya dan menyisihkan bagian untuk orang itu seraya menyerahkannya kepada para sahabat. Orang itu biasa menggembalakan binatang ternak mereka. Ketika ia datang, para sahabat menyerahkan jatahnya itu. Orang itu mengatakan, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah bagianmu yang dijatahkan oleh Rasulullah saw.” Orang itu mengatakan lagi, “Aku mengikutimu bukan karena ingin mendapatkan bagian seperti ini. Aku mengikutimu semata-mata karena aku ingin tertusuk dengan anak panah di sini (sambil menunjuk tenggorokannya), lalu aku mati lalu masuk surga.” Rasulullah saw. mengatakan, “Jika kamu jujur kepada Allah, maka Dia akan meluluskan keinginanmu.” Lalu mereka berangkat untuk memerangi musuh. Para sahabat datang dengan membopong orang itu dalam keadaan tertusuk panah di bagian tubuh yang ditunjuknya. Rasulullah saw. mengatakan, “Inikah orang itu?” Mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. berujar, “Ia telah jujur kepada Allah, maka Allah meluluskan keinginannya.” Lalu Rasulullah saw. mengafaninya dengan jubah beliau kemudian menshalatinya. Dan di antara doa yang terdengar dalam shalatnya itu adalah: “Allaahumma haadza ‘abduka kharaja muhaajiran fii sabiilika faqutila syahiidan wa ana syahidun ‘alaihi” (Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Dia keluar dalam rangka berhijrah di jalan-Mu, lalu ia terbunuh sebagai syahid dan aku menjadi saksi atasnya).” (Diriwayatkan oleh An-Nasai)

Begitulah para sahabat mempraktikkan ikhlas dalam perjuangan. Dan begitu pulalah seharusnya kita mempraktikkannya. Ada 6 hal yang harus diingat ketika jiwa ini terbersit selain dengan ikhlas, yakni :

1. Ingatlah bahwa Allah mengawasi, mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: “Dan Dialah Allah (Yang Disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan; dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” [Al-An’am (6): 3]

2. Ingat
bahwa orang yang (ingin dilihat orang) atau (ingin didengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah semenjak di dunia sebelum di akhirat. Dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang dinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin (amalnya) didengar orang, maka Allah akan membuatnya didengar; dan siapa yang ingin (amalnya) dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

3. Ingat bahwa kekalahan yang diderita kaum Muslimin dewasa ini adalah akibat ulah kita sendiri. Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” [Yunus (10): 44]

4.
Ingat bahwa ketidak-ikhlasan menghancurkan amal, besar maupun kecil. Dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun-tahun sia-sia belaka. Allah swt. berfirman: “Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezaliman.” [Thaha (20): 111]. “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al-Furqan (25): 23]

5. Ingat bahwa
orang-orang yang beramal bukan karena Allah adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadits panjangnya, Rasulullah saw. menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari akhirat karena beramal dengan riya.

6.
Keenam, orang-orang yang riya akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.

Semoga kita bisa menjadi jiwa-jiwa yang ikhlas untuk berjuang di jalan Allah. SEMANGAT!!!


Minggu, 12 Juni 2011

Terlalu cengeng..ya..aq memang terlalu cengeng..padahal aq tau ada Allah yang senantiasa menolongku, membantuku..karena Dia adalah sebaik-baiknya penolong..karena Dia adalah satu-satu nya yang berhak mendengar curahan hatiku, keluh kesahku, dan segala isi hatiku. Awalnya aku memang terbiasa untuk curhat dengan teman-teman dekatku, tapi itu dulu, disaat aq berada dekat dengannya. Namun kini, lama kelamaan kami terpisah, seperti ada dinding pembatas diantara kami. Kami begitu dekat, namun terasa jauh. Tak lagi saling tau kondisi satu sama lain, tak lagi tau permasalahan yang dihadapi masing-masing, tak tau apa yang sedang dikerjakan, ya..kami serba tidak tau..Semula merasa "shock" menerima kenyataan kalau aq dan dia tak bisa seperti dulu..bertukar cerita..bertukar semangat..bertukar keluh kesah..tapi seiring berjalannya waktu, aq mulai terbiasa..terbiasa dengan keadaan ini..dan sekarang hanya Allah lah yang menjadi tempat curhatku., krn selain menjadi pendengar yang baik, DIA juga pemberi solusi yang terbaik. Kenapa baru sekarang?? kenapa gag dari dulu?? ya, biarlah..biarlah itu menjadi cerita masa lalu yang indah untuk dikenang atau bahkan membuat sakit bila diingat..

Jumat, 10 Juni 2011

TAQWA

Mengikuti sebuah pengajian di kawasan Karang Asem membuat saya semakin bahagia. Kenapa? Karena banyak ilmu yang saya dapatkan dari pengajian itu. Walau seminggu sekali, yakni tiap Kamis malam, namun sungguh luar biasa..

Key point yang saya 'tangkap' pada malam ini adalah TAQWA. Ya, kita sudah tak asing lagi dengan kata itu. Sejak SD ketika pelajaran Agama Islam kita selalu diperkenalkan dengan kata itu. Taqwa adalah menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Definisi yang kebanyakan orang tau. Tapi pada malam itu saya mendapat definisi baru tentang taqwa. Ustdz Bachtiar Nasir bilang kalau "Taqwa adalah membangun dinding pemisah antara diri kita dengan azab Allah. Dan caranya adalah dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya."

Ciri-ciri orang yang bertaqwa menurut Q.S Al-Baqarah (2) : 3-5 adalah
  1. beriman kepada yang ghaib
  2. melaksanakan shalat
  3. menginfakkan sebagian rezekinya
  4. beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya
  5. yakin akan adanya akhirat
Orang-orang yang bertaqwa akan selalu mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka termasuk orang yang beruntung. Orang yang selalu dapat mendapat petunjuk (hidayah) dari Allah maka hidupnya akan selalu tercahayakan dan dimampukan istiqomah. Sedangkan yang termasuk orang yang beruntung adalah orang yang terpenuhi setiap keinginannya dan dijauhkan dari yang tidak diinginkannya. SUBHANALLAH..semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu dalam hidayah Nya dan orang-orang yang beruntung..

Tambahan materi yang saya dapat adalah RUMUS ORANG HEBAT
  • Bahagia ----------> berharap hanya kepada Allah
  • Kuat -------------> tawakal hanya kepada Allah
  • Kaya ------------> merasa cukup dengan pemberian Allah
  • terhormat -------> taqwa kepada Allah
Sekali lagi, smoga kita dapat menjadi orang-orang yang bahagia, kuat, kaya dan terhormat.

Selasa, 31 Mei 2011

FIQH PRIORITAS

PRIORITAS ILMU ATAS AMAL

DI ANTARA pemberian prioritas yang dibenarkan oleh agama ialah prioritas ilmu atas amal. Ilmu itu harus didahulukan atas amal, karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah amal yang akan dilakukan. Dalam hadits Mu'adz disebutkan, "ilmu, itu pemimpin, dan amal adalah pengikutnya."

Islam mengajarkan seluruh tata cara beramal dalam kehidupan ini, termasuk dalam hal-hal yang membutuhkan skala prioritas. Dengan kata lain, umat Islam perlu memahami tentang aktifitas-aktifitas yang wajib dan mendesak untuk didahulukan dan juga perlu mengetahui hal-hal yang diahirkan dari keseluruhan aktifitas-aktifitas. Pemahaman ini (fiqh) mutlak dibutuhkan agar umat Islam mampu mengerjakan seluruh kewajiban-kewajibannya secara optimal dam mampu meninggalkan larangan-larangan Alah SWT secara bertahap.

Ada beberapa tingkatan manusia dalam hal menerima ajaran agama, yaitu: Tingkatan orang yang paling tinggi ialah orang yang memahami ilmu pengetahuan, memanfaatkannya, kemudian mengajarkannya. Sedangkan tingkatan yang berada di bawahnya ialah orang yang mempunyai hati yang dapat menyimpan (dapat menghafal dengan baik), tetapi dia tidak mempunyai pemahaman yang baik dan mendalam pada akal pikiran mereka, sehingga dia dapat membuat kesimpulan hukum yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Oleh karena itu, manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah dan rasul-Nya ialah orang-orang yang memahami dan mengerti, disusul dengan orang yang menghafal.

PRIORITAS PEMAHAMAN ATAS HAFALAN

Orang yang menerima ajaran agama itupun bermacam-macam, seperti beraneka ragamnya tanah yang menerima air hujan. Tingkatan orang yang paling tinggi ialah orang yang memahami ilmu pengetahuan, memanfaatkannya, kemudian mengajarkannya. Ia bagaikan tanah yang subur dan bersih, yang airnya dapat diminum, serta menumbuhkan berbagai macam tanaman di atasnya. Tingkatan yang berada di bawahnya ialah orang yang mempunyai hati yang dapat menyimpan, tetapi dia tidak mempunyai pemahaman yang baik dan mendalam pada akal pikiran mereka, sehingga dia dapat membuat kesimpulan hukum yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Mereka adalah orang-orang yang hafal, dan bila ada orang yang datang memerlukan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka dia dapat memberikan manfaat hafalan itu kepadanya. Orang-orang seperti inilah yang dapat dimanfaatkan ilmu pengetahuan mereka. Kelompok orang seperti ini diumpamakan seperti tanah cadas yang mampu menampung air, sehingga datang orang yang meminum airnya, atau memberi minum kepada binatang ternaknya, atau menyirami tanaman mereka.

Di antara persoalan yang sangat memalukan dalam dunia pendidikan di negara kita ialah bahwa pendidikan itu kebanyakan didasarkan kepada hafalan dan "kebisuan", serta tidak didasarkan kepada pemahaman dan pencernaan. Oleh karena itu, kebanyakan pelajar lupa apa yang telah dipelajarinya setelah dia menempuh ujian. Kalau apa yang mereka pelajari

didasarkan atas pemahaman dan contoh yang nyata, maka hal itu akan masuk ke dalam otak mereka, dan tidak mudah hilang dari ingatan.

PRIORITAS DALAM BERBAGAI BIDANG AMAL

Amal manusia di sisi Allah memiliki berbagai tingkatan: amalan yang tertinggi adalah amal yang kontinyu (meski sedikit), sehingga amal tersebut lebih disukai Allah dibanding amal yang terputus-putus. Amalan yang sebaiknya diterapkan oleh setiap manusia ialah amalan yang banyak mendatangkan manfaat kepada orang lain, karena besar manfaat yang dirasakan oleh orang lain, sebesar itu pula keutamaan dan pahalanya di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, amalan yang luas manfaatnya lebih didahulukan daripada amalan yang kurang bermanfaat. Dan diantara amalan yang bermanfaat tersebut, amal perbuatan yang lebih lama manfaatnya dan lebih langgeng kesannya lebih diutamakan dibanding amal perbuatan yang sebentar manfaatnya.

PRIORITAS DALAM PERKARA YANG DIPERINTAHKAN

Aqidah adalah masalah pokok, sedang syari’ah adalah perkara cabang. Iman adalah perkara pokok, sedangkan amalan merupakan perkara cabang. Oleh karena itu, perkara pokok didahulukan atas perkara cabang. Kita harus mendahulukan hal fardhu ‘ain atas fardhu kifayah (hal yang paling wajib atas hal yang wajib), serta mendahulukan hal fardhu atas sunnah dan nawafil (hal yang wajib atas mustahab), dan kita perlu menganggap mudah hal-hal yang sunnah dan mustahab, serta harus mengambil berat terhadap hal-hal yang fardhu dan wajib. Kita mesti menekankan lebih banyak terhadap perkara-perkara fardhu yang mendasar daripada perkara yang lainnya, itu berarti salah ketika kita menyibukkan diri dalam perkara sunnah dengan meninggalkan perkara fardhu.

Sabtu, 16 April 2011

Ahwal ul-Muslim al-Yaum

oleh: Ust. M Ihsan Arliansyah Tanjung


Tema ini adalah suatu upaya untuk menggambarkan akan keadaan dunia Islam kontemporer (saat ini) dengan segala kelebihan dan kekurangan-kekurangannya. Kondisi umat Islam saat ini penuh dengan kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terkait dengan kapasitas intelektual dan problematika moral.

• Kelemahan dalam kapasitas intelektual (Al Jahlu)

Kelemahan umat Islam yang terkait dengan kapasitas intelektual meliputi:

1. Dho’fut Tarbiyah (lemah dalam pendidikan)


Kelemahan dalam aspek pendidikan formal dan informal (pengkaderan) sangat dirasakan oleh umat Islam masa kini. Jika pendidikan juga pembinaan dan pengkaderan lemah maka akan mustahil melahirkan anasir-anasir dalam nadhatul umat (kebangkitan umat). Tarbiyah dikalangan ummat Islam masih sangat sedikit. Secara formal melalui sekolah-sekolah yang hanya beberapa jam saja. Sedangkan sekolah Islam sedikit. Keadaan ini masih kurang bila dibandingkan dengan kebutuhan saat ini. Sekolah Islam pun tidak semuanya dapat menyajikan Islam dan tarbiyah yang baik sehingga dapat merubah pribadi pelajar dan gurunya. Perlaksanaan tarbiyah secara informal juga belum banyak dilaksanakan dengan cukup memuaskan.

2. Dho’fut Tsaqofah (lemah dalam ilmu pengetahuan)


Dewasa ini sedang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi umat Islam terasa tertinggal bila dibandingkan umat yang lainnya, ini disebabkan karena wawasan umat Islam yang sempit dan terbatas juga lemah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ini disebabkan kemauan umat untuk menuntut ilmu sangat rendah. Tsaqafah Islamiyah dikalangan muslim juga kurang seiring dengan kurang efektifnya peranan tarbiyah dan sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh umat Islam. Tsaqafah ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan wawasan ynag bersifat Islam atau umum. Kemampuan ini belum banyak dimiliki oleh muslim. Sebahagian menguasai tsaqafah Islam tetapi dalam masalah umum kurang menguasai (misalnya politik, ekonomi, kemasyarakan), begitupun sebaliknya kurang di dapati muslim yang mempunyai pemnguasaan bidang umum dan memiliki tsaqafah Islamiyah. Muslim yang mempunyai ilmu dan tsaqafah tidaklah banyak, dan masih kecil prosentasenya dibandingkan dengan jumlah muslim dan kebutuhan yang ada. Sebagian muslim yang mempunyai tsaqafah ini kurang sesuai dengan pemahaman aqidah Islamiyah, kurang merujuk kepada minhaj yang asal yaitu Al Qur’an dan sunnah. Masih banyak merujuk kepada nilai Barat yang bertentangan dengan Islam. Juga ada tsaqafah yang di suburkan oleh kepercayaan jahiliyah seperti ashabiyah, nasionalisme, sekuler, kapitalisme dan komunisme.

3. Dho’fut Takhthith (lemah dalam perencanaan-perencanaan)

Umat Islam sekarang ini tidak memiliki strategi yang jelas. Rencana perjuangannya penuh dengan misteri. Hal tersebut disebabkan umat Islam tidak diproduk dari pembinaan-pembinaan yang baik dan tidak memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang memadai. Da’wah Islam pun nampaknya terkena gangguan. Banyak yang hidup segan dan mati tak mau. Da’wah sebagian ummat yang berjalan pun mungkin perlu dipertanyakan ghayah (sasaran akhir) yang akan dituju dan cara (langkah) yang dilakukannya. Hasil da’wah sekarang ini belum dapat di banggakan bahkan keadaan sekarang ini menunjukkan bahawa da’wah tidak berjalan karena tidak nampak bertambahnya pengikut atau pengikut yang ada pun semakin berkurangan. Da’wah Islam tidak berkesan karena sebahagian sudah hilang tujuan akhir yang sebenarnya kerana sudah terpengaruh oleh berbagai pendekatan yang kurang Islamiyah. Da’wah kurang berkesan disebabakan menjadikan da’wah sebagai organisasi kekauman atau kumpulan elite atau pun perkumpulan yang tidak berdasarkan kepada nilai-nilai Islam. Da’wah yang tidak berjalan adalah satu masalah sendiri yang sedang berjalanpun perlu dilihat bagaimana keadaan yang sebenarnya adakah sesuai dengan minhaj atau tidak. Mereka yang tidak berda’wah juga merupakan masalah besar kerana mereka dijadikan sebagai mangsa yang sangat senang di makan oleh pihak musuh.

4. Dho’fut Tanjim (lemah dalam pengorganisasian)

Sekarang ini terjadi gerakan-gerakan yang mengibarkan bendera kebathilan, mereka membangun pengorganisasian yang solid sementara umat Islam lemah dalam pengorganisasian sehingga kebathilan akn diatas angin sedangkan umat Islam akan menjadi pihak yang kalah. Sesuai perkataan khalifah Ali ra “Kebenaran tanpa sistem yang baik akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisasi dengan baik”. Tanzim atau organisasi yang di kendalikan oleh Islam perlu dipertanyakan sejauuh mana mereka mengamalkan Islam dalam dalam tanzimnya. Tanzim dapat dibagi-bagi kepada tanzim berupa jamaah yang komitmen pesertanya melalui bai’ah, organisasi Islam yang terbuka dengan menjalankan beberapa keperluan dan aktiviti Islam secara terbuka, atau organisasi Islam yang berwarna syarikat, pertubuhan, NGO dan yang lainnya. Bagaimanapun tanzin ini perlu dilihat semula kerana keadaan ini mungkin juga sama dengan keadaan umat Islam yang sedang sakit. Apabila pengendali sedang sakit maka ada kemungkianan yang di bawanya pun menjadi sakit.

5. Dho’ful Amniyah (lemah dalam keamanan)

Masa kini umat Islam lengah dalam menjaga keamanan diri dan kekayaan baik moril dan materil sehingga negeri-negeri muslim yang kaya akan sumber daya alam dirampok oleh negeri-negeri non muslim. Begitu pula dengan Iman, umat lslam tidak lagi menjaganya tidak ada amniyah pada aqidah dan dibiarkan serbuan-serbuan aqidah datang tanpa ada proteksi yang memadai.

6. Dho’fut Tanfidz (lemah dalam memobilisasi potensi-potensi diri)

Umat Islam dewasa ini tidak menyadari bahwa begitu banyak nikmat-nikmat yang Allah SWT berikan dan tidak mensyukurinya. Jika umat Islam mersyukuri segala nikmat Allah dari bentuk syukur itu akan muncul kuatut tanfidz yaitu kekuatan untuk memobilisir diri dan sekarang umat Islam lemah sekali dalam memobolisir diri apalagi memobilisir secara kolektifitas.

• Kelemahan dalam problematika moral (Maradun Nafs)

Kelemahan-kelemahan dalam problematika moral yang terjadi pada umat Islam sekarang yaitu:

Akhlak sebagai cermin muslim sudah di cemari oleh berbagai akhlak jahiliyah yang dilandasi oleh budaya dan gaya hidup masyarakat jahiliyah. Banyak didapati muslim yang secara statusnya masih sebagai muslim tetapi tidak mencerminkan lagi akhlak Islam yang susah di bezakan dengan mereka yang bukan muslim. Akhlak remaja sangat kentara merupakan wujud yang salah. Akhlak muslim tidak mewarnai diri muslim secara keseluruhan. Muslim lupa kepada akhlak sebenar yang mesti dimiliki. Keadaan demikian tidaklah mustahil mengingat ghazwul fikri yang sangat kuat dan hizbusyetan menguasai dunia saat ini.

1. Adamus Saja’ah (hilangnya keberanian)

Umat Islam tidak seperti dahulu yang berprinsip laa marhuba illalah (tiada yang ditakuti selain Allah) sehingga tidak memiliki keberanian seperti orang-orang terdahulu yakni Rasulullah dan para sahabatnya yang terkenal pemberani. Sekarang ini umat Islam mengalami penyakit Al Juban (pengecut). Rasa takut dan berani itu berbanding terbalik sehingga jika seorang umat Islam takut kepada Allah maka ia akan berani kepada selain Allah tetapi sebaliknya jika ia takut kepada selain Allah maka ia akan berani menentang aturan-aturan Allah SWT.

2. Adamus Sabat (hilangnya sikap teguh pendirian)

Umat Islam mulai memperlihatkan mudah mengalami penyimpangan-penyimpangan dan perjalanan hidupnya karena disebabkan oleh :

1. termakan oleh rayuan-rayuan
2. terserang oleh intimidasi atau teror-teror.

Salah satu illutrasi hilangnya sabat (keteguhan) ini adalah prinsif-prinsif hidup kaum muslimin tidak lagi dipegang hanya sering diucapkan tanpa dipraktekan. Sebagai contoh Islam mengajarkan kebersihan sebagian dari Iman tetapi di negari-negeri kaum muslim kondisinya tidak bersih menjadi pemandangan pada umumnya.

3. Adamut Dzikriyah (hilangnya semangat untuk mengingat Allah)

Dalam Islam lupa diri sebab utamanya ialah karena lupa kepad Allah. Umat Islam dzikirullah-nya lemah maka mereka kehilangan identitas mereka sendiri sebagai Al Muslimum. Sebagaimana Allah berfirman dalam Qs. Al Hasyr ayat 19 “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”.

4. Adamus Sabr (Hilangnya Kesabaran)

Kesabaran merupakan salah satu pertolongan yang paling pokok bagi keberhasilan seorang muslim, sesuai firman Allah Qs.2:153 “Hai orang-orang beriman mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

Kesabaran meliputi:

1. Ashabru bitha’at (sabar dalam ketaatan)

2. Ashabru indal mushibah (ketaatan ketika tertimpa musibah)

3. Ashabru anil ma’siat (sabar ketika menghadapi maksiat)

Sebagai umat Islam harus memiliki kesabaran ketiganya.

5. Adamul Ikhlas (hilangnya makna ikhlas)

Ikhlas tidak identik dengan tulus. Tulus artinya melakukan sesuatu tanpa perasaan terpaksa padahal bisa saja orang itu ikhlas walaupun ada perasaan terpaksa. Contohnya pada seseorang yang melakukan shalat subuh yang baru saja jaga malam sehingga sanat terasa kantuk tetapi karena shalat adalah suatu kewajiban perintah Allah swt ia tetap mengerjakannya dsb.

6. Adamul Iltizam (Hilangnya Komitmen)

Dewasa ini kaum muslimin kebanyakan tidak istiqomah berkomitmen terhadap Islam bahkan tidak sepenuhnya sadar bahwa Islam harus menjadi pengikat utama dalam hidupnya sehingga mereka banyak menggunakan isme-isme yang lain.

Selasa, 25 Januari 2011

...tak selamanya diam itu emas..

Nenek bilang "diam itu emas"

Beliau tak pernah menjelaskan diam yang seperti apa, diam dalam kondisi apa yang bisa menjadikan diam itu emas. Maka ku mulai mencari tau tentang makna dibaliknya. Hingga saat ini aku masih belum terlalu paham akan hal itu. Aku cenderung bertindak "diam" untuk hal-hal tertentu. Jika kesal dengan orang atau kecewa dengan seseorang aku cenderung "diam". Sampai akhirnya ku anggap semuanya telah membaik maka akan ku akhiri sikap diam itu.

Terkadang dengan diam masalah akan slesei. Tapi tak selamanya diam itu menyelesaikan masalah. Baru tersadar, dengan diam masalah tak akan selesai. Mungkin hanya tertunda untuk terselesaikan. Akibatnya smakin lama smakin menumpuk. Yang namanya masalah tetap saja harus diselesaikan dengan cara berkomunikasi dengan yang berkaitan. Diam hanya akan menganggap suatu masalah selesai untuk sementara waktu. Dan suatu saat akan muncul kembali.

So..tabayun itu yang terbaik
kecewa, benci, entah perasaan apa lagi yang kini sedang menguasai diriku
terkadang ku tak mengenal diriku sendiri
batin yang slalu terasa sakit tiap kali melihat mereka
ya..mereka yang sibuk dengan aktifitas yang "seharusnya" melibatkanku

entah karna tak menganggap aku ada
atau karna aku yang memang tlah tiada

Kamis, 13 Januari 2011

sungguh, aku tak mengenalmu
sikapmu berbeda dari yang biasa
atau sebenarnya ini memang sikapmu yang biasa??

tebar pesona kepada siapa saja
semua mulai terbaca
sepertinya kau ingin diperhatikan
menjadi sosok pusat pembicaraan

sungguh, aku mulai tak peduli
itu urusanmu sendiri
yang ku tahu kau salah satu teman terbaikku

Senin, 10 Januari 2011

Kebijakan utk semua panitia OADK 1 FE UNJ

PENUGASAN RUHIYAH :
*Sholat wajib 5 waktu secara berjamaah (ikhwan)
*Sholat wajib 5 waktu dengan tepat waktu (akhwat)
*Sholat rawatib ----> minimal 3x per hari
*Sholat Dhuha ------> minimal 4x per minggu
*Sholat Tahajud ----> minimal 3x per minggu
*Shaum Sunnah ------> Kamis,13 Januari 2010
*Tilawah -----------> minimal 5 lembar per hari
*Almatsurat --------> minimal 5x per pekan
*Riyadoh -----------> minimal 5 menit per hari
*Hafalan surat -----> Q.S Al-Anfal ayat 24-25

KEBERANGKATAN :
*Akhwat tidak boleh bawa motor dan tidak dperkenankan berangkat sendiri
*Ikhwan yang bawa motor maksimal 4 org or 4 motor
*Tim advance maksimal berangkat hari Jumat, 14 Januari pkl.09.00
*Tim advance terdiri dari -----> 2 org sie acara, 1 org sie perlengkapan, dan 2 org sie konsumsi
*Panitia berangkat ngeteng dibagi 2 kelompok yakni sebelum dan setelah peserta berangkat
*Waktu maksimal sampai di villa akan dikondisikan oleh sie acara

**Kebijakan ini mulai berlaku dari hari ini Senin,10 Januari 2010 hingga Ahad,16 Januari 2010**

Lagu OST OADK 1 (Orientasi Aktifis Dakwah Kampus) FE UNJ

OADK FE UNJ
Tuk gapai ridho Ilahi
Jadi muslim sejati
Dambaan negri ini
Umat Rasul terpuji

Turut seruan ini
Jadi penjejak sejati
Luruskan niat di hati
Tuk ikut OADK ini..

(pke nadanya "Islam Cinta Keadilan")

*JARGON

OADK FE UNJ...??!!!
Together we build
Together we can

Para Pembuat Jejak..???!!!
Jejakku..mengalihkan duniamu