Rabu, 29 Juni 2011

Berjuang dengan IKHLAS

IKHLAS..satu kata yang mudah diucapkan, namun sulit dilakukan.

Sering kita berkata “saya ikhlas kok”, tapi apakah itu sudah menjamin keikhlasan kita?? Bukankah keikhlasan itu tak perlu diumbar-umbar?? Tak ada sesuatu yang pasti yang bisa mengukur keikhlasan seseorang. Karena ikhlas itu hanya ada disini, didalam hati. Yang tahu ikhlas atau tidak adalah hanya Allah saja, dan mungkin diri kita. Ikhlas, segala sesuatu yang dilakukan dengan niat hanya karena Allah semata, mencari ridho-Nya, mencari cinta-Nya.

Teringat kisah seorang sahabat Rasulullah, Syadad bin Al-Hadi mengatakan, seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah saw. lalu beriman dan mengikutinya. Orang itu mengatakan, “Aku akan berhijrah bersamamu.” Maka Rasulullah saw. menitipkan orang itu kepada para sahabatnya. Saat terjadi Perang Khaibar, Rasulullah saw. memperoleh ghanimah (rampasan perang). Lalu beliau membagi-bagikannya dan menyisihkan bagian untuk orang itu seraya menyerahkannya kepada para sahabat. Orang itu biasa menggembalakan binatang ternak mereka. Ketika ia datang, para sahabat menyerahkan jatahnya itu. Orang itu mengatakan, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah bagianmu yang dijatahkan oleh Rasulullah saw.” Orang itu mengatakan lagi, “Aku mengikutimu bukan karena ingin mendapatkan bagian seperti ini. Aku mengikutimu semata-mata karena aku ingin tertusuk dengan anak panah di sini (sambil menunjuk tenggorokannya), lalu aku mati lalu masuk surga.” Rasulullah saw. mengatakan, “Jika kamu jujur kepada Allah, maka Dia akan meluluskan keinginanmu.” Lalu mereka berangkat untuk memerangi musuh. Para sahabat datang dengan membopong orang itu dalam keadaan tertusuk panah di bagian tubuh yang ditunjuknya. Rasulullah saw. mengatakan, “Inikah orang itu?” Mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. berujar, “Ia telah jujur kepada Allah, maka Allah meluluskan keinginannya.” Lalu Rasulullah saw. mengafaninya dengan jubah beliau kemudian menshalatinya. Dan di antara doa yang terdengar dalam shalatnya itu adalah: “Allaahumma haadza ‘abduka kharaja muhaajiran fii sabiilika faqutila syahiidan wa ana syahidun ‘alaihi” (Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Dia keluar dalam rangka berhijrah di jalan-Mu, lalu ia terbunuh sebagai syahid dan aku menjadi saksi atasnya).” (Diriwayatkan oleh An-Nasai)

Begitulah para sahabat mempraktikkan ikhlas dalam perjuangan. Dan begitu pulalah seharusnya kita mempraktikkannya. Ada 6 hal yang harus diingat ketika jiwa ini terbersit selain dengan ikhlas, yakni :

1. Ingatlah bahwa Allah mengawasi, mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: “Dan Dialah Allah (Yang Disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan; dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” [Al-An’am (6): 3]

2. Ingat
bahwa orang yang (ingin dilihat orang) atau (ingin didengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah semenjak di dunia sebelum di akhirat. Dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang dinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin (amalnya) didengar orang, maka Allah akan membuatnya didengar; dan siapa yang ingin (amalnya) dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

3. Ingat bahwa kekalahan yang diderita kaum Muslimin dewasa ini adalah akibat ulah kita sendiri. Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” [Yunus (10): 44]

4.
Ingat bahwa ketidak-ikhlasan menghancurkan amal, besar maupun kecil. Dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun-tahun sia-sia belaka. Allah swt. berfirman: “Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezaliman.” [Thaha (20): 111]. “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al-Furqan (25): 23]

5. Ingat bahwa
orang-orang yang beramal bukan karena Allah adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadits panjangnya, Rasulullah saw. menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari akhirat karena beramal dengan riya.

6.
Keenam, orang-orang yang riya akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya.

Semoga kita bisa menjadi jiwa-jiwa yang ikhlas untuk berjuang di jalan Allah. SEMANGAT!!!


Minggu, 12 Juni 2011

Terlalu cengeng..ya..aq memang terlalu cengeng..padahal aq tau ada Allah yang senantiasa menolongku, membantuku..karena Dia adalah sebaik-baiknya penolong..karena Dia adalah satu-satu nya yang berhak mendengar curahan hatiku, keluh kesahku, dan segala isi hatiku. Awalnya aku memang terbiasa untuk curhat dengan teman-teman dekatku, tapi itu dulu, disaat aq berada dekat dengannya. Namun kini, lama kelamaan kami terpisah, seperti ada dinding pembatas diantara kami. Kami begitu dekat, namun terasa jauh. Tak lagi saling tau kondisi satu sama lain, tak lagi tau permasalahan yang dihadapi masing-masing, tak tau apa yang sedang dikerjakan, ya..kami serba tidak tau..Semula merasa "shock" menerima kenyataan kalau aq dan dia tak bisa seperti dulu..bertukar cerita..bertukar semangat..bertukar keluh kesah..tapi seiring berjalannya waktu, aq mulai terbiasa..terbiasa dengan keadaan ini..dan sekarang hanya Allah lah yang menjadi tempat curhatku., krn selain menjadi pendengar yang baik, DIA juga pemberi solusi yang terbaik. Kenapa baru sekarang?? kenapa gag dari dulu?? ya, biarlah..biarlah itu menjadi cerita masa lalu yang indah untuk dikenang atau bahkan membuat sakit bila diingat..

Jumat, 10 Juni 2011

TAQWA

Mengikuti sebuah pengajian di kawasan Karang Asem membuat saya semakin bahagia. Kenapa? Karena banyak ilmu yang saya dapatkan dari pengajian itu. Walau seminggu sekali, yakni tiap Kamis malam, namun sungguh luar biasa..

Key point yang saya 'tangkap' pada malam ini adalah TAQWA. Ya, kita sudah tak asing lagi dengan kata itu. Sejak SD ketika pelajaran Agama Islam kita selalu diperkenalkan dengan kata itu. Taqwa adalah menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Definisi yang kebanyakan orang tau. Tapi pada malam itu saya mendapat definisi baru tentang taqwa. Ustdz Bachtiar Nasir bilang kalau "Taqwa adalah membangun dinding pemisah antara diri kita dengan azab Allah. Dan caranya adalah dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya."

Ciri-ciri orang yang bertaqwa menurut Q.S Al-Baqarah (2) : 3-5 adalah
  1. beriman kepada yang ghaib
  2. melaksanakan shalat
  3. menginfakkan sebagian rezekinya
  4. beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya
  5. yakin akan adanya akhirat
Orang-orang yang bertaqwa akan selalu mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka termasuk orang yang beruntung. Orang yang selalu dapat mendapat petunjuk (hidayah) dari Allah maka hidupnya akan selalu tercahayakan dan dimampukan istiqomah. Sedangkan yang termasuk orang yang beruntung adalah orang yang terpenuhi setiap keinginannya dan dijauhkan dari yang tidak diinginkannya. SUBHANALLAH..semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu dalam hidayah Nya dan orang-orang yang beruntung..

Tambahan materi yang saya dapat adalah RUMUS ORANG HEBAT
  • Bahagia ----------> berharap hanya kepada Allah
  • Kuat -------------> tawakal hanya kepada Allah
  • Kaya ------------> merasa cukup dengan pemberian Allah
  • terhormat -------> taqwa kepada Allah
Sekali lagi, smoga kita dapat menjadi orang-orang yang bahagia, kuat, kaya dan terhormat.